hutaninstitute.or.id Nampaknya sangat sulit sekali menemukan dan melakukan perjumpaan langsung terhadap Buaya Senyulong apa lagi mendapatkan foto penampakannya secara utuh, ini terlihat dari hasil pemantauan Tahap III hanya tiga individu yang teramati. satu individu berukuran 1 meter dan dua individu anakan.
Bayu Prima dari KiBASS salah satu anggota Pokja Pemantau Buaya mengatakan kegiatan survei ini kita lakukan mulai dari Muara Hilir sungai benuh hingga ke bagian hulu dan dari Muara Sungai Simpang Kanan namun untuk ke hulu Sungai Simpang sangat sulit dikarenakan rendahnya permukaan air sungai di bulan September. ”kita sangat sulit mencapai hulu sungai dikarenakan surut,” ungkap Bayu.
“Sangat sulit sekali medan yang kita tempuh, harus melewati pasang surut untuk menemukan Buaya jenis ini,”ujar Bayu.
Kedua sungai ini terdiri dari hutan sekunder yang telah terbakar atau ditebang dalam beberapa tingkatan yang masih menyimpan hutan rawa gambut yang relatif utuh.
Bayu menambahkan tim pemantau melakukan aktivitas pemantauan disiang dan malam hari dengan menentukan posko di bagan ½ pada kediaman Pak Andre dan keluarga dikarenakan penemuan satu individu Buaya Senyulong pada aktivitas pemantau sebelumnya berda disekitar kediaman keluarga tersebut.
Sama seperti kegiatan sebelumnya pemantauan diawali dengan melakukan metode tidak langsung menggali informasi dari masyarakat sekitar dan nelayan yang beraktivitas mencari ikan, ”ungkapnya.
Kemudian tim bergerak menuju ke hulu Sungai Simpang Kanan sampai pada terakhir bagan untuk pemantauan hari pertama, hari ke dua tim pemantau melakukan pemantauan terfokus pada muara sungai simpang kanan, bagan 6 sampai bagan ½, dan hari ke tiga tim melakukan pencarian sarang pada aliran sungai rasau dimalam harinya melanjutkan lagi pemantauan terfokus dengan membagi dua tim yaitu tim pertama memantau dari bagan ½ sampai muara sungai simpang kanan dan tim ke dua memantai dari bagan ½ menuju ke arah batas vegetasi nipah.